Oleh : MAMAT SASMITA
Hampir tidak ada ukuran yang pasti mengenai apa yang disebut buku langka. Apabila memaknai kata langka itu sendiri artinya adalah jarang ditemukan atau jarang didapat. Maka bisa saja yang dinamakan buku langka artinya buku yang jarang ditemukan atau buku yang jarang didapat. Jarang didapat ada kemungkinan karena sudah lama diterbitkan atau sedikit dicetak tetapi banyak peminatnya. Mengenai ukuran waktu berapa lama setelah diterbitkan, itu juga tidak ada ukuran yang pasti. Agak beda dengan buku kuno dan buku yang disebut antiquariat. Ada yang mengatakan buku kuno setelah seratus tahun, tetapi ada juga yang lebih longgar yaitu lima puluh tahun setelah diterbitkan. Sedangkan buku antiquariat adalah buku kuno sekaligus langka.
Buku Peringatan 100 tahun Teh di Indonesia
(Ukuran buku : 19 x 28,5 cm, tebal : 2 cm, 241 halaman, berikut beberapa lampiran dan gambar, bahasa Belanda)
Buku ini judul aslinya Gedenkboek Der Nederlandsch Indische Theecultuur, berbahasa Belanda, diterbitkan pada tahun 1924 oleh Proefstation Voor Thee pada saat mengadakan kongres di Bandung. Tujuan diterbitkannya adalah untuk memperingati seratus tahun tanaman teh masuk ke Hindia Belanda (Indonesia). Seratus tahun itu dihitung sejak tahun 1824. Pada bulan Juni tahun 1924 berkumpul orang-orang dari beberapa perusahaan teh di kota Bandung atas prakarsa dari Proefstation voor Thee ( Balai Penelitian Teh). Buku ini memuat 15 makalah yang bersifat sejarah teh di Indonesia.
Salah seorang yang memberikan ceramahnya saat itu adalah Dr Ch Bernard yang menjabat sebagai Direktur Balai Penelitian Teh. Makalahnya berjudul De Geschiedenis van de Theecultuur in Nederlandsch Indie (Sejarah Budidaya Teh di Indonesia). Menurutnya teh masuk ke Indonesia sekitar tahun 1684 atau 1687. Karena ada berita bahwa pada tahun 1694 terlihat dibelakang pasanggrahan Gubernur Jendral J.Camphuis di Jakarta yang diperkirakan berasal dari Jepang. Tanaman itu tidak dianggap sebagai tanaman teh tetapi hanya dianggap sebagai tanaman hiasan saja. Diperkirakan tempatnya disekitar sebelah timur Gereja Portugis di kota lama.
Pada tahun 1728 VOC menganggap perlu mendatangkan biji teh untuk ditanam yang didatangkan dari negri Cina, disemaikan di Pulau Jawa. Tetapi yang menjadi tonggak dimulainya mendatangkan Teh adalah dengan dikeluarkannya surat No.6 tertanggal 10 Juni 1824 dari Dr Blumo yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor ( Buitenzorg saat itu) yang pada dasarnya memerintahkan kepada Von Siebold untuk mendatangkan teh ke Indonesia untuk dibudidayakan. Menurut Dr Ch Bernard bibit teh pertama ditanam di Kebun Raya Bogor dan di sebuah kawasan di Garut.
Yang menyampaikan makalah lainnya adalah Dr.CP Cohen Stuart, T.J. Lekkerkerker, Dr.JJB Deus, HCH De Bie. Pada dasarnya makalah yang disampaikan berisi tentang sejarah masuknya tanaman teh ke Indonesia. Sangat menarik untuk dimiliki oleh siapa saja yeng tertarik akan sejarah tanaman teh di Indonesia.
Jakarta dan Sekitarnya Tahun 1927 (Jaarboek van Batavia en Omstreken 1927)
(Ukuran Buku : 31,5 x 23,5 cm. Tebal 3 cm. Jumlah halaman 647. bahasa Belanda)
Buku ini terbit tahun 1927 sesuai dengan judulna, merupakan buku tahunan yang lebih berisi tentang kehidupan di Jakarta. Buku ini juga dilengkapi dengan foto yang bagus keadaan Jakarta saat itu termasuk beberapa gambar yang diambil dari gambar-gambar jaman Portugis masih menguasai Jakarta.
Buku ini ditujukan untuk bangsa Belanda yang ada di negri Belanda saat itu supaya lebih mengetahui keadaan negri jajahan yang nun jauh disana, baik keadaannya maupun kebiasaan kebiasaan masyarakatnya.
Buku ini terdiri dari sembilan bab, yang dikemas sedemikiann rupa untuk memudahkan pembacanya. Bab pertama menceritakan tentang Jakarta lama, yang diberi judul Iets Over Oud Batavia. Bab dua menceriterakan tentang pemerintahan saat itu, termasuk nama pejabatnya. Bab selanjutnya diantaranya menceriterakan kemajuan industri, keadaan pelabuhan dan lainnya. Begitu juga untuk daerah pemukiman dibuat dalam bab tersendiri termasuk kegiatan berkesenian diantaranya tentang toonil (drama), musik, dan perkumpulan lainnya. Untuk daerah sekitarnya dijelaskan mengenai daerah Bogor (Buitenzorg), Sukabumi, Sindanglaya, Garut dan Bandung.
Yang menarik dari buku ini yaitu sangat kaya akan gambar (foto), hampir disetiap halaman selalu ada foto yang menyertainya, sepertinya tanpa membacanyapun sudah mengerti akan maksudnya.
Buah-buahan Indonesia (Indische Vruchten)
(Ukuran buku : 23 x 16 cm, tebal : 2 cm, jumlah halaman : 330 . Dibuat oleh J.J Ochse, bahasa Belanda, terbit tahun 1927).
Buku ini memuat hampir 140 jenis buah-buahan yang ada di Indonesia. Setiap jenis dijelaskan rata-rata tinggi pohon, tumbuh disekitar daaerah ketinggian berapa dari atas permukaan laut, bentuk daun dan buahnya, termasuk musim berbuah pada bulan apa.
Yang menarik adanya nama setiap jenis buah-buahan dalam nama tradisional sepeti nama dari bahasa Jawa, Madura, Melayu dan Sunda, tentu saja dijelaskan juga nama Latinnya. Setiap jenis buah-buahan terdapat gambar yang menyertainya berupa gambar daun dan buahnya.
Buku ini bisa menjadi dokumen penting tentang ragam jenis buah-buahan yang tumbuh di Indonesia, terutama untuk mengetahui jenis buah-buahan yang langka. Contohnya mundu (Melayu), jawura atau golodog panto (Sunda), baros atau kledeng atau mundu (Jawa), mondhu (Madura), nama Latinnya garcinia dulcis, famili guttiferae.
Barangkali buku inipun bisa menjadi inspirasi bagi anak muda yang senang mendaki gunung, sebagi kegiatan tambahan ada baiknya mendokumentasikan jenis tumbuhan di perjalanan yang dilewati dengan memotret selengkapnya, toh sekarang ada kamera digital yang memudahkan untuk dicetak.
Buku sejenis seperti ini cukup banyak seperti Atlas van Indische Geneeskrachtige Planten oleh J.Kloppenburg yang terbit tahun 1933 yang memuat 143 jenis tanaman atau buku Indische Groenten oleh J.J Ochse yang khusus mendokumentasikan tanaman perdu, terbit tahun 1931 setebal 1001 halaman.
Panduan Tentang Bandung dan Priangan Tengah ( Gids van Bandoeng and Midden Priangan )
(Ukuran buku : 23 x 15 cm, tebal : 1 cm, jumlah halaman : 108, dibuat oleh SA.Rietsma dan WH.Hoogland, bahasa Belanda, terbit tahun 1927)
Ada yang mengatakan SA Rietsma pernah menjadi walikota Bandung, tetapi ada juga yang mengatakan hanya menjadi wakilnya. Nah pada saat itulah dia membuat buku panduan tentang Bandung ini. Buku ini lumayan memberikan penjelasan keadaan Bandung saat itu termasuk cuacanya, misalnya pada jam 4 sampai dengan 6 pagi, mencapai suhu sekitar 6ºC dan paling panas pada jam 12 sampai jam 2 siang yaitu sekitar 23ºC. Sungguh dingin dan nyaman untuk menjadi daerah pemukiman orang Belanda saat itu mungkin dianggap mendekati udara negrinya. Ternyata jumlah pemukim warga orang Eropa tahun 1926 hampir mencapai enam belas ribu orang. Sedangkan jumlah penduduk Bandung keseluruhan hanya sekitar seratus empat puluh ribu orang. Buku ini disamping menjelaskan akan kota Bandung juga menjelaskan daerah sekitarnya seperti Lembang, Padalarang, Sumedang dan Garut. Tidak ketinggalan juga menceriterakan legenda Sangkuriang.
Buku ini menjadi penting sebagai data dokumentasi kota Bandung, disamping buku lain tentang Bandung yang saat sekarang menjadi semarak.
Dongeng-Dongeng Perumpamaan.
(Ukuran buku : 22,5 x 16 cm, tebal : 2 cm, jumlah halaman : 239, bahasa Indonesia Penerbit Balai Pustaka tahun 1959)
Buku ini terjemahan (tidak disebutkan judul aslinya) karya Jean De La Fontaine diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo. Berisi tentang fabel, yang dikumpulkan oleh pengarangnya dari bermacam sumber baik dari Yunani mapun dari Parsi dan oleh Trisno Sumardjo diceriterakan dalam bentuk puisi tutur. Ceritera Fabel selalu mengandung pesan moral, cocok diceriterakan kepada anak-anak dan cocok pula menjadi bahan renungan orang tua.
Melalui buku ini baru diketahui bahwa dongeng Kancil Dan Gagak bukan berasal dari Inonesia, dikisahkan seekor gagak yang gagah selalu berbunyi nyaring bertengger diatas pohon, suatu hari dia mematuk sepotong daging, ketika akan melahapnya lewatlah seekor kancil yang juga ingin sepotong daging. Dengan cerdik si kancil memuji gagak bersuara merdu, si gagak lupa diri ingin memamerkan suaranya maka patuknya terbuka akan bersuara, sayang daging jatuh melayang. Si kancil langsung melahap daging. Didalam buku ini terdapat 140 cerita fabel seperti itu, ceritera fabel perumpamaan yang patut direnungkan.
Semerbak Bunga di Bandung Raya.
(Ukuran buku : 23 x 15 cm, tebal : 7 cm, jumlah halaman : 1116, Penerbit Granesia tahun 1986 karya Haryoto Kunto)
Haryoto Kunto menulis tentang Bandung hapir dari segala segi, menilik judulnya memang benar pembaca dibawa untuk berwisata ke berbagai taman yang ada di kota Bandung, mengenal berbagai jenis tanaman. Tetapi sebelum itu, dibawa dulu ke alam masa lalu ketika Sangkuriang membendung Bandung menjadi danau, dengan memperhatikan bagian bagian sudut cekungan Bandung ternyata memang dahulu kala Bandung itu pernah menjadi danau, Danau Purba Bandung akibat tertutupnya pembuangan air Citarum karena adanya letusan gunung Sunda. Bab selanjutnya menceriterakan Bandung bagian selatan selalu terkena banjir pada musim penghujan, ada cerita duka nestapanya. Tak ketinggalan diceriterakan pada jaman kolonial dulu ada sebuah perkumpulan “Bandoeng Vooruit” suatu wadah penyaluran partisipasi warga akan keasrian kota, salah satunya adalah Insulinde Park. Sebuah taman dengan konsep Indische Tropische Park yaitu yang sekarang terkenal dengan sebutan Taman Lalu Lintas, da saat sekarang masih relatif tetap seperti dulu. Buku ini selalu menjadi buku referensi apabila membicarakan kota Bandung. Terbitnya memang belum begitu lama, baru sekitar dua puluh taunan, tetapi begitu langkanya dipasaran, kalaupun ada harganya sungguh akan menguras kantong. Mungkin ini terjadi karena bagitu banyak peminat dan nampaknya tidak ada edisi kedua.
Itulah sebagian jenis-jenis buku langka, mungkin juga ada jenis lain karena keunikannya seperti ada sebuah buku judulnya Djawa Barat Membangun, diterbitkan oleh Penerbitan Negara Bandung tahun 1950, buku ini biasa-biasa saja berisi informasi tentang keberhasilan pembangunan lima tahun setelah kemerdekaan. Tetapi ada yang unik yaitu terdapat sebuah lembar yang kosong diatasnya diberi judul Sambutan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Djawa Barat R. Moh Sanusi Hardjadinata lantas dibagian bawah ada catatan berbunyi :
Halaman ini sudah kami sediakan bagi Sdr Gubernur Kepala Daerah Propinsi Djawa Barat, R. Moh Sanusi Hardjadinata. Dan bila ini tidak terisi adalah karena sampai pada waktu buku ini siap naik untuk dicetak sambutan yang dimaksud tidak kunjung sampai ditangan kami. Mungkin Sdr Gubernur sedang sibuk. Sayang !.
MAMAT SASMITA
Pensiunan TELKOM,Pegiat Rumah Baca Buku Sunda
Setelah melalui editing Redaksi, dimuat di Majalah Matabaca Vol 6/No.10/ Juni 2008