PEMILIHAN wali kota Bandung akan digelar 10 Agustus mendatang. Para calon sudah mencari dukungan dengan memperkenalkan visi dan misinya. Mulai dari memperkenalkan diri kepada masyarakat dengan berkunjung langsung, melalui media masa elektronik dan cetak, termasuk mempunyai situs di internet.
Membaca sepintas visi yang diusung masing masing tampaknya hampir semua masih memakai kata sifat. Ada yang menampilkan Bandung Tenar (Kreatif, Nyaman Sejahtera), ada yang Bandung Sejahtera, ada juga yang akan terus Bermartabat dengan alasan teruskan langkah ukir sejarah.
Kata sifat adalah kata atau gabungan kata yang dipakai untuk memberikan penjelasan terhadap nomina atau verba. Kalau dia berdiri sendiri artinya hanyalah kata itu sendiri. Padahal, menurut Voltaire, pujangga Prancis, kata sifat itu musuh bebuyutannya kata kerja dan kata benda. Malah ada seorang pengarang mengatakan, "Kita harus senantiasa merasa gagal ketika menggunakan adverb atau kata sifat ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar."
Perjalanan sejarah Kota Bandung dalam hal visi misi ini mencatat beberapa kali perubahan sesuai dengan bergantinya wali kota. Bandung, mulai Atlas (Aman, Tertib Lancar, Sehat), Berhiber (Bersih Hijau Berbunga), Genah Merenah Tumaninah, sampai Bermartabat (Bersih Makmur Taat Bersahabat). Hampir semua kata itu adalah kata sifat.
Mudah mudahan para calon walikota itu tidak lupa bahwa kota Bandung sejak 1953 telah mempunyai visi yang berbunyi Gemah Ripah Wibawa Mukti yang artinya subur tanahnya makmur rakyatnya. Hal ini bisa ditemukan di dalam Perda Kota Besar Bandung No 53 Tahun 1953, bersatu dengan lambang Kota Bandung. Harusnya ini menjadi visi Kota Bandung sebagai tujuan ideal penyelenggaraan pemerintahan.
Visi sebuah kota tidak mesti berubah ubah karena ganti wali kotanya. Kalau misi silakan berubah sebagai landasan operasional kerja untuk mewujudkan visi yang ada. Hal ini menjadi penting supaya ada kesinambungan hasil kerja, dan rakyat (warga Kota Bandung) juga merasakan itu. Kecuali lambang Kota Bandung berikut visinya atau susuluk-nya atau motonya tidak dipakai lagi. Kalau tidak dipakai lagi, buat apa terpampang di Balai Kota, turunkan saja.
Nah, apabila berbicara misi, sebagai landasan kerja wali kota tentu landasan kerja dengan jajarannya atau para birokrat, para pegawai negri sipil. Mestinya misi ini lebih berorientasi ke dalam, ke para birokrat itu, supaya kerjanya tambah baik tambah "bersih". Bukan untuk rakyat para warga Kota Bandung. Rakyat itu akan menurut kepada pemerintah yang baik. Rakyat tidak perlu terlalu dijejali retorika visi misi, sampai-sampai di tiap pojok jalan ada terpampang, di tiap bak kendaraan terpampang, stiker ditempel di mana mana. Justru yang paling penting dijejali visi misi adalah para birokrat itu. Bukankah citra birokrat saat ini sedang terpuruk, dengan muculnya kasus korupsi di mana mana yang sebagian besar melibatkan para birokrat? Inilah waktunya sebagai kesempatan terbaik untuk menghilangkan citra buruk itu.
Barangkali ini hanya mengingatkan bahwa kata birokrat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) adalah pegawai yang bertindak secara birokrasi. Sedangkan kata birokrasi masih menurut kamus yang sama adalah 1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. 2. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku likunya.
Kepada bapak bapak yang akan bertarung memperebutkan kursi wali kota Bandung, selamat berebut, Pak. Dalam kampanye sebaiknya digaungkan bahwa arti birokrasi itu tidak seperti di dalam kamus, terutama arti kedua. Dan kata wali kota itu bukan kata benda apalagi kata sifat, tetapi itu kata kerja.
Ketika kata wali kota dimaknai sebagai kata benda, setelah digenggam jabatan itu seolah selesailah tugas. Tetapi apabila dimaknai kata kerja ketika jabatan itu telah digenggam, di situlah titik awal mulai kerja untuk mencapai Gemah Ripah Wibawa Mukti. Semoga.
Membaca sepintas visi yang diusung masing masing tampaknya hampir semua masih memakai kata sifat. Ada yang menampilkan Bandung Tenar (Kreatif, Nyaman Sejahtera), ada yang Bandung Sejahtera, ada juga yang akan terus Bermartabat dengan alasan teruskan langkah ukir sejarah.
Kata sifat adalah kata atau gabungan kata yang dipakai untuk memberikan penjelasan terhadap nomina atau verba. Kalau dia berdiri sendiri artinya hanyalah kata itu sendiri. Padahal, menurut Voltaire, pujangga Prancis, kata sifat itu musuh bebuyutannya kata kerja dan kata benda. Malah ada seorang pengarang mengatakan, "Kita harus senantiasa merasa gagal ketika menggunakan adverb atau kata sifat ketika tak bisa menemukan kata kerja yang benar atau kata benda yang benar."
Perjalanan sejarah Kota Bandung dalam hal visi misi ini mencatat beberapa kali perubahan sesuai dengan bergantinya wali kota. Bandung, mulai Atlas (Aman, Tertib Lancar, Sehat), Berhiber (Bersih Hijau Berbunga), Genah Merenah Tumaninah, sampai Bermartabat (Bersih Makmur Taat Bersahabat). Hampir semua kata itu adalah kata sifat.
Mudah mudahan para calon walikota itu tidak lupa bahwa kota Bandung sejak 1953 telah mempunyai visi yang berbunyi Gemah Ripah Wibawa Mukti yang artinya subur tanahnya makmur rakyatnya. Hal ini bisa ditemukan di dalam Perda Kota Besar Bandung No 53 Tahun 1953, bersatu dengan lambang Kota Bandung. Harusnya ini menjadi visi Kota Bandung sebagai tujuan ideal penyelenggaraan pemerintahan.
Visi sebuah kota tidak mesti berubah ubah karena ganti wali kotanya. Kalau misi silakan berubah sebagai landasan operasional kerja untuk mewujudkan visi yang ada. Hal ini menjadi penting supaya ada kesinambungan hasil kerja, dan rakyat (warga Kota Bandung) juga merasakan itu. Kecuali lambang Kota Bandung berikut visinya atau susuluk-nya atau motonya tidak dipakai lagi. Kalau tidak dipakai lagi, buat apa terpampang di Balai Kota, turunkan saja.
Nah, apabila berbicara misi, sebagai landasan kerja wali kota tentu landasan kerja dengan jajarannya atau para birokrat, para pegawai negri sipil. Mestinya misi ini lebih berorientasi ke dalam, ke para birokrat itu, supaya kerjanya tambah baik tambah "bersih". Bukan untuk rakyat para warga Kota Bandung. Rakyat itu akan menurut kepada pemerintah yang baik. Rakyat tidak perlu terlalu dijejali retorika visi misi, sampai-sampai di tiap pojok jalan ada terpampang, di tiap bak kendaraan terpampang, stiker ditempel di mana mana. Justru yang paling penting dijejali visi misi adalah para birokrat itu. Bukankah citra birokrat saat ini sedang terpuruk, dengan muculnya kasus korupsi di mana mana yang sebagian besar melibatkan para birokrat? Inilah waktunya sebagai kesempatan terbaik untuk menghilangkan citra buruk itu.
Barangkali ini hanya mengingatkan bahwa kata birokrat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) adalah pegawai yang bertindak secara birokrasi. Sedangkan kata birokrasi masih menurut kamus yang sama adalah 1. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. 2. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku likunya.
Kepada bapak bapak yang akan bertarung memperebutkan kursi wali kota Bandung, selamat berebut, Pak. Dalam kampanye sebaiknya digaungkan bahwa arti birokrasi itu tidak seperti di dalam kamus, terutama arti kedua. Dan kata wali kota itu bukan kata benda apalagi kata sifat, tetapi itu kata kerja.
Ketika kata wali kota dimaknai sebagai kata benda, setelah digenggam jabatan itu seolah selesailah tugas. Tetapi apabila dimaknai kata kerja ketika jabatan itu telah digenggam, di situlah titik awal mulai kerja untuk mencapai Gemah Ripah Wibawa Mukti. Semoga.
MAMAT SASMITA
Penggiat Rumah Baca Buku Sunda
Penggiat Rumah Baca Buku Sunda
(Tulisan ini dimuat di koran Tribun Jabar rubrik Podium Sabtu 2 Agustus 2008)
No comments:
Post a Comment